пойдем в Санкт-Петербург. Let’s go to Saint Petersburg!

 

st pete cathedral

Hati2 buat kita yang punya hobby nonton NatGeo, kita mungkin saja terpengaruh dengan tayangannya dan jadi ga bisa tidur karena kepikiran terus…

Lima tahun yang lalu, suatu pagi saya dan suami menonton tayangan NatGeo tentang kota Saint Petersburg di Rusia dan kami langsung terkesima. Kemudian seperti didorong oleh suatu kekuatan yang tidak kami sadari, tiba-tiba suami saya berkata:

“Buk, kita ke Saint Petersburg, yuk!”

Dan tanpa pikir tujuh kali, saya langsung merespon:

“Ayoo, kapan?”

Sebelumnya saya ga punya bayangan seperti apa kota Saint Petersburg itu. Dimana letaknya, bagaimana caranya bisa sampai ke sana dan apa saja yang bisa saya temui di sana. Mendengar nama “Rusia” saja waktu itu rasanya agak merinding. Bayangan tentang sebuah negeri yang dingin dan kaku, dengan penduduk yang judes dan polisi yang galak, sepertinya sama sekali ga menarik buat saya. Tapi tayangan yang saya tonton di TV waktu itu dalam sekejap mengubah semua yang ada di pikiran saya.

Setelah menempuh perjalanan udara sekitar 3,5 jam dari Amsterdam, kami tiba di Bandara Pulkovo menjelang siang. Angin yang bertiup cukup kencang dan udara dingin khas bulan Oktober menyambut kami di pintu keluar Bandara. Lima tahun yang lalu WiFi, GPS dan aplikasi penterjemah bahasa di ponsel belum semarak sekarang. Uber juga belum ada. Pilihan yang kami nilai paling praktis waktu itu adalah naik taxi, instead of bis atau metro.

Kepanikan pertama terjadi saat saya harus berkomunikasi dengan pengendara taxi yang sama sekali tidak bisa berbahasa Inggris. Untungnya beliau bisa baca tulisan latin. Jadi saya coba menunjukan alamat hotel yang kami tuju dalam selembar kertas dan beliau memberi isyarat bahwa dia tahu harus mengantar kami ke mana.

Saya menghabiskan sekitar 45 menit perjalanan sejauh 25 km dari bandara ke pusat kota St. Pete dengan melihat keluar jendela. Perjalanan dari airport atau stasiun kereta menuju pusat kota selalu jadi pengalaman yang menyenangkan buat saya. Apalagi kalau kota yang saya tuju adalah kota yang baru pertama kalinya saya datangi. Rasanya seperti sedang membuka bungkusan kado natal. Penuh gairah, semangat dan sensasi deg-degan seperti akan menerima banyak kejutan.

St Pete just arrived

Siang itu hari hujan, dan dari balik jendela taxi yang kami tumpangi saya melihat jalan-jalan pinggiran kota yang terlihat kusam dengan beberapa bangunan yang sepertinya tidak terawat. Udara dingin dan kabut tipis bikin suasana semakin terlihat muram. Sempat menyusup sedikit rasa kawatir dalam hati saya. Jangan-jangan supir taxinya salah jalan, dan mungkin kami sedang dibawa ke suatu tempat yang menakutkan. Saya hanya bisa pasrah. Mau bertanya macam-macam ke sang pengemudi saya tak berdaya. Saya ga bisa Bahasa Russia, dan beliau ga bisa Bahasa Inggris.

Untunglah suasana mulai terasa berbeda saat kami memasuki kota St Petersburg. Kota pelabuhan yang berpenduduk sekitar 5 juta jiwa (2012) ini mulai menampakan kecantikannya. Jalanan yang mulus, bangunan-bangunan antik nan megah, dan kanal-kanal lebar yang anggun menghiasi setiap sisi kota. Terdapat 40 sungai dan sekitar 20 kanal yang malang melintang di dalamnya. Sistem kanal St Pete kabarnya mengadaptasi sistem yang ada di Belanda, hanya sungai dan kanal di St Pete rata-rata berukuran jumbo.

st pete depan hotel

st pete jalan lebar

St Pete downtown 3

Sedikit cerita  sejarah tentang St. Petersburg:

  • Tahun 1703, kota ini didirikan oleh Peter The Great 
  • 1914-1924, saat Perang Dunia I dimulai kota ini berganti nama menjadi Petrograd (St. Petersburg dinilai terlalu berbau Jerman yang saat itu menjadi lawan Russia).
  • 1924-1991 namanya diganti menjadi Leningrad (untuk mengenang Vladimir Lenin, pemimpin Russia yang meninggal pada 1924)
  • Pada masa Perang Dunia II, kota ini pernah dikepung oleh Nazi Jerman selama 882 hari. Sekitar 1,5 juta orang meninggal akibat kelaparan dan kurang gizi. Pada 27 Januari 1944 tentara Uni Soviet berhasil membebaskan Leningrad. Dan pada tahun 1945 Leningrad dianugerahi gelar Kota Pahlawan sebagai penghargaan bagi warganya yang tidak pernah menyerah kalah pada tentara Nazi.

Hampir sepanjang waktu saya dibuat terkesima dengan megahnya bangunan2 antik bergaya neo klasik yang sudah berdiri sejak jaman kekaisaran Russia. Beberapa diantaranya sudah mendapatkan sentuhan modern. Beberapa merk dagang kelas dunia juga bisa kita kenali dari logonya.

Kepala saya saat itu penuh dengan khayalan seperti apa rasanya hidup di kota itu 300 tahun yang lalu. Saat Tsar Peter The Great mengumpulkan  ratusan insinyur, arsitek, ilmuan, seniman dan pengusaha dari berbagai negara di Eropa untuk dipekerjakan dalam proyek besar pembangunan kota baru St. Petersburg. Membayangkan seperti apa kota ini di masa kejayaannya dulu. Bagaimana masyarakat di sana hidup , seperti apa mewahnya kehidupan keluarga para Tsar dengan kisah cintanya yang penuh intrik, serta bagaimana para seniman menciptakan karya-karya seni agung berupa lukisan, tarian, musik dan drama.

st pete gedung

st pete gedung2

st pete church

Hingga saat ini, semua peninggalan sejarah dan karya seni itu masih bisa kita nikmati. Ada Museum Hermitage yang merupakan museum tertua dan terbesar di dunia dengan koleksi diperkirakan mencapai sekitar tiga juta karya seni yang berasal dari berbagai macam era. Jika kita ingin mempelajari setiap karya seni yang ada (patung, lukisan, naskah drama dan lain-lain), masing-masing selama satu menit saja, maka perjalanan kita dalam Hermitage akan berlangsung tidak kurang dari delapan tahun!

St Pete museum

street artis

Ada juga  puluhan gedung pertunjukan yang menyuguhkan berbagai tontonan drama, musik, balet, opera dan entah apa lagi. Mau yang klasik atau modern, semuanya ada.  Kita ga akan pernah kehabisan hiburan di Saint Petersburg. Ga berlebihan memang kalau kota yang menjadi pusat kebudayaan ini dijadikan salah satu situs warisan dunia oleh UNESCO.

Untuk akomodasi selama kami berada di St. Pete, saya memilih hotel Dostoevsky yang berlokasi di Vladimirskiy Prospekt. Hanya sekitar 5-10 menit berjalan kaki ke Nevsky Prospekt, jalan utamanya St. Pete (Mungkin seperti jalan Malioboro di Yogyakarta atau Orchard Road di Singapura). Letak hotel yang berada di jantung kota ini buat saya sangat membantu. Kemana-mana jadi deket. Di lantai bawah hotel juga ada supermarket besar yang cukup lengkap. Hanya perlu sabar aja sama kasirnya yang sama sekali ga bisa Bahasa Inggris. Tapi mungkin sekarang sudah lain yaaa…. Saya kan ke sananya 5 tahun yang lalu…

Berjalan-jalan di dalam kota St. Pete memang sangat menyenangkan. Kotanya bersih, teratur dan penuh dengan kejutan. Jika kita berkunjung pada bulan-bulan Oktober-Januari, pastikan kita mengenakan baju yang hangat dan nyaman. Angin laut Baltik yang bertiup di sana bisa terasa sangat menusuk sampai ke tulang. Hembusan angin dingin yang bisa dirasakan hampir sepanjang tahun di kota ini menyebabkan penduduknya punya kebiasaan minum menuman beralkohol untuk menghangatkan badan. Sisa-sisa botol minuman keras bisa dengan mudah kita jumpai di pojokan2 jalan dan tempat sampah di taman-taman kota. Sayangnya, kebiasaan itu jadi sedikit mengganggu saat kita perlu menggunakan public toilet. Aroma urin yang sangat kuat dan tajam bisa jadi sangat mengganggu.

st pete park

Selain deretan bangunan bersejarah yang mengagumkan, St. Pete juga punya koleksi taman kota yang cantik2. Sebagai seorang pencinta musim gugur, duduk-duduk di taman sambil menikmati daun warna-warni yang berjatuhan adalah pengalaman yang sangat mengasikan.

Sebagai kota metropolitan dan salah satu tujuan utama wisatawan dunia, St. Pete  juga menyuguhkan banyak sekali pilihan untuk berwisata kuliner. Selain menu makanan khas Russia, resto Asia, Arab dan Timur Tengah serta Eropa bisa dengan mudah kita temui. Restoran2 besar di sana tidak hanya menjanjikan makanan yang lezat saja, tapi juga interior yang penuh gaya dan dekorasi yang memanjakan mata. Benar-benar pengalaman bersantap yang lengkap dan amat berkesan. Untuk menu makanan asli Russia yang wajib dicoba dalah Beef Stroganov.

st pete resto

Untuk souvenir, kayaknya ga ada yang lebih tepat dan lebih Russia dari Matryoshka.

matryoshka

Boneka Matryoshka adalah simbol dari babushka Rusia, seorang ibu pemimpin perempuan yang kuat dan tokoh sentral dalam keluarga Rusia. Bentuk boneka Matryoshka lebar dan penuh figur, seperti tubuh wanita yang telah melahirkan banyak anak. Bahkan bisa dikatakan bahwa bentuk boneka Matryoshka bulat dan memanjang seperti telur, simbol kesuburan dan reproduksi yang populer sejak zaman kuno. Sementara model matryoshka bisa bervariasi, seperti gadis petani dengan pakaian tradisional, karakter dongeng, sampai para pemimpin Soviet.

Jadi sekarang,

“Kapan kamu mau jalan-jalan ke Saint Petersburg?”

 

PS.:
All pictures were taken by my husband ❤ 

 

 

Advertisement

4 thoughts on “пойдем в Санкт-Петербург. Let’s go to Saint Petersburg!

    • That is so sad ya… 😦
      Somehow SPB memang rada2 bronx yaa…

      Kami malah pernah kecopetan di Copenhagen, salah satu kota yang konon teraman di dunia.
      I guess we just can’t be to careful yaa…

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s