JEJU ISLAND
Tujuan pertama kami di Korea kemarin adalah Jeju island. Pulau terbesar yang ada di semenanjung Korea dan merupakan satu-satunya provinsi berotonomi khusus di Korea Selatan. Kita bisa mengunjungi Pulau ini tanpa perlu mengurus Visa. Ada banyak pilihan penerbangan dari Jakarta dan Denpasar yang langsung menuju Jeju (Garuda, Hongkong Airlines, China Southern Airlines, Chine Eastern, Cathay Pacific, Korea Airlines dan Singapore Airlines). Jadi kalau kita mau jalan-jalan ke Jeju saja, tanpa mengunjungi main land, ga perlu urus Visa yaaa…
Di tengah pulau Jeju berdiri dengan megah Hallasan (Gunung Halla), yang merupakan gunung tertinggi di seluruh Korea (1.950 m). Pulau ini bercuaca hangat sepanjang tahun dan pada musim dingin jarang turun salju, sehingga tanaman-tanaman yang tumbuh di daerah subtropis bisa bertahan hidup di sana.
Pulau Jeju dijuluki Samdado, yang artinya pulau yang berlimpah dengan 3 hal, yaitu bebatuan, wanita dan angin. Bebatuan berasal dari letusan2 gunung Halla. Jumlah wanita di pulau Jeju jauh lebih banyak dari pria, karena sejak dahulu penduduk pria biasanya meninggalkan desa mereka untuk bekerja di Gunung Halla atau menjadi nelayan di laut. Letak geografis pulau ini membuatnya selalu dilingkupi angin sepanjang tahun. Karena memiliki keindahan alam dan kebudayaan yang unik, Pulau Jeju adalah salah satu objek wisata paling terkenal di Korea.
Selama berabad-abad, penduduk Pulau Jeju dijuluki sebagai yukgoyeok yang artinya enam jenis pekerja keras. Karena penduduk pulau ini biasa mengerjakan berbagai pekerjaan yang sulit dan berat untuk bertahan hidup, seperti menyelam ke dasar laut untuk mencari abalon dan kerang, membangun pelabuhan, beternak, membuat kapal serta bertani.

Seonim Bridge
Dari atas jembatan Seonim yang ini kita bisa menikmati keindahan air terjun Cheonjiyeon. Seonim bridge ini juga dikenal dengan nama Chilseonyeogyo yang artinya Jembatan Tujuh Bidadari, simbol dari cerita legenda orang Korea yang merupakan keturunan dari 7 bidadari yang turun dari langit. Ornamen berbentuk bidadari yang sedang memainkan alat musik yang berbeda menghiasi sepanjang Seonim Bridge. Jembatan Seonim ini menghubungkan Cheonjeyeon waterfalls dengan area wisata Jungmun.
Seongeup Folk Village
Merupakan desa tradisional masyarakat Jeju yang terletak di kaki gunung Halla. Memasuki Seongeup Folk Village ini seperti kembali ke masa lalu, di mana manusia masih hidup dengan cara yang sangat tradisional dan serba sederhana. Hingga sekarang, penduduk desa ini masih mempertahankan cara hidup dan arsitektur tempat tinggal mereka yang kuno sekaligus unik. Dinding rumah terbuat dari bebatuan hasil lahar gunung berapi yang dicampurkan dengan tanah liat dan atap rumah yang terbuat dari jerami.
Hal menarik lain pada rumah penduduk Jeju adalah palang pintu terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai pagar rumah mereka sekaligus sebagai penanda apakah pemiknya da di rumah atau ga.
Kalau palang yang terpasang hanya 1, artinya yang punya rumah lagi keluar sebentar. Perginya ga jauh-jauh, bisa ke tetangga atau ke pasar. Atau mungkin juga di rumah ada orang, tapi cuman anak2 aja.
Kalau palang yang terpasang ada 2, artinya yang punya rumah sedang pergi bekerja, umumnya di gunung Halla. Tamu bisa kembali dalam 4-5 jam.
Kalau palang yang terpasang 3 buah, artinya yang punya rumah sedang pergi jauh. Keluar kota atau ke mana gitu yang lebih jauh 😀
Dan karena di Jeju ga ada maling, jadinya sistem pagar dan palang pintu ini sudah dianggap memadai dan cukup aman.
Neat yaaa… 🙂
Kesuburan tanah Jeju juga dimanfaatkan benar oleh warga Seongeup Folk Village. Di sana kita bisa melihat banyak ladang yang ditanami aneka sayur dan buah. Jeruk2 ranum yang siap panen menghiasi hampir sepanjang jalan yang kami lewati. Tadinya kami juga berharap bisa menikmati kecantikan cherry blossom, sayang kami datang sedikit terlambat. Bunga2 sakura di sana sudah gugur sekitar 1 minggu sebelum kami tiba. Sebagi gantinya, Jun membawa kami ke lapangan yang dipenuhi dengan bunga canola yang juga ga kalah cantik.
Mysterious Road
Mysterious road atau Dokkaebi ini terletak di sebuah bukit di kaki gunung dan menghubungkan dua jalan raya utama di Jeju. Mengapa jalan ini disebut sebagai mysterious road karena adanya kandungan magnet yang membuat mobil atau benda apapun yang berjalan di atas Dokkaebi bisa bergerak sendiri ke atas. Misalnya, mobil yang di parkir dalam kondisi netral mampu berjalan sendiri tanpa dikendalikan sopirnya. Air yang dituang diatas jalan ini juga tidak akan mengalir ke bawah melainkan justru naik ke bagian jalan yang posisinya lebih tinggi.
Dragon Head Rock
Atau yang sering disebut juga dungeon Yongduam adalah batu karang yang bentuknya menyerupai kepala naga, konon terbentuk dari hembusan udara yang kencang dan terpaan ombak selama ratusan tahun. Saat tiba di sana cuaca sedang hujan dan angin bertiup cukup kencang. Saya hanya ke sana selama 5 menit untuk ambil foto dan setelah itu lari kembali ke bis untuk menghangatkan diri ^_^
Nanta Show
Nanta show ini meruapakan salah satu attraction yang paling terkenal di Korea. Kami diajak menikmati sekelompok seniman yang mementaskan pertunjukkan musik non-vokal, yang hanya terdiri dari ritme dan ketukan semacam pertunjukan perkusi. Yang unik adalah Nanta memainkan musik dengan menggunakan berbagai peralatan dapur seperti talenan, panci, wajan dan piring yang dimaikan seperti ritme musik tradisional Korea, samulnori. Pertunjukan yang lucu, ringan dan menghibur.
Gimnyeong Labirin Maze Park
Gimnyeong Maze Park berada di Donggimnyeong-ri. Tempat ini didesain oleh perusahaan terkenal Adrian Fisher Minotaur Maze Designs, dan didanai oleh seorang professor Amerika di Universitas Nasional Cheju, Frederic H. Dustin. Cintanya pada Jeju telah membuatnya bertahan selama lebih dari 27 tahun di pulau itu. Labirin yang unik ini terdiri dari tumbuh-tumbuhan dari seluruh Asia dan dirawat dengan sangat baik.
Gimnyeong Maze Park terdiri dari sebuah labirin yang mempunyai tujuh gambar yang digabungkan menjadi satu. Labirin ini berbentuk seperti Pulau Jeju, dan gambarnya dapat terlihat jelas dari atas, yang mencakup: seekor ular, yang merupakan objek yang disembah sampai pertengahan tahun 70an; kuda asli Pulau Jeju, yang dibawa ke tempat itu oleh orang Mongolia pada tahun 1276.
Konon, diperlukan waktu sekitar 20 sampai 30 menit untuk menemukan jalan keluar dari Labirin ini. Disarankan untuk membawa handphone sebelum masuk ke Labirin, just in case ga bisa ketemu jalan keluarnya, bisa telpon untuk minta bantuan 🙂
Ice Museum dan trick Eye Museum.
Pada dasarnya hampir sama dengan museum2 3D yang ada di kota2 lain seperti Jakarta, Bali, Singapore atau Hongkong. Bedanya Museum 3D di sana semua petunjuk arahnya menggunakan bahasa Korea 😉 Seru buat bikin foto lucu2an…
Seongsan Ilchulbong atau Ilchulbong.
Dikenal juga dengan sebutan Puncak Matahari Terbit, adalah sebuah kawah gunung berapi yang memiliki luas 99.000 m² dan tinggi 182 m di ujung timur Pulau Jeju. Terbentuk karena proses erupsi hydrovulkanis dimana terjadi letusan gunung api yang sangat dahsyat yang terjadi ratusan tahun yang lalu. Letusan itu menyemburkan magma dalam jumlah besar ke angkasa sehingga meninggalkan bekas berupa kawah yang lebar dengan dengan tepi yang dangkal. Sesuai dengan namanya, tempat ini sangat tepat untuk menyaksikan matahari terbit. Kami menikmati keindahan kawah ini dari kejauhan. Pemandangan yang cantik sekaligus bikin merinding. Merinding ngebayangin gimana kawah itu bisa terbentuk, dan merinding ngebayangin kalau harus jalan sampe ke situ ^_^ ^_^
Di komplek wisata ini kita juga bisa menyaksikan pertunjukan wanita2 penyelam yang biasa mencari abalon. Umumnya mereka sudah cukup sepuh. Tapi fisiknya keliatan masih sangat kuat. Dan kemampuan menyelamnya juga jangan ditanya yaa… Juara deh pokoknya!
Teddy Bear Museum
Koleksinya banyak dan bagus baguuusss…. Berbagai ukuran boneka beruang dengan bermacam pose dan busana bisa kita nikmatin di sana. Sayang saya bukan termasuk fans nya teddy bear, bahkan sejak kecil saya memang ga terlalu suka sama boneka. Jadi pas mampir di toko suvenirnya saya cuman beli 1 selendang warna olive green yang bahannya menurut saya nyaman banget buat dipake 😀
Daaannnn…..,
Setelah selama 4 hari menikmati keindahan dan kesejukan Pulau Jeju, perjalanan kami lanjutkan menuju Seoul. Penerbangan dari Jeju ke Gimpo Airport di Seoul makan waktu sekitar 1 jam.
Berbeda jauh dengan Jeju, pemandangan kota Seoul amat mirip dengan banyak kota modern lain di dunia. Jalanan yang dipenuhi deretan gedung tinggi, berbagai jenis kendaraan, orang2 yang berjalan dengan cepat dan penunjuk arah menuju subway stations. Terus, apa saja yang bisa kita lihat saat kita menunjungi Seoul?
Nami Island
Konon, pulau yang dipenuhi dengan barisan pepohonan yang cantik ini amat terkenal di kalangan para pencinta drama Korea. Ukuran pulau ini imut banget, hanya berdiameter 6 kilometer dengan luas area sekitar 460.000 m2. Sekali berkunjung ke sana bisa langsung menjelajah ke seluruh pulau 🙂
Lama perjalanan dari Seoul ke Nami Island sekitar 1 jam. Waktu tempuh penyebrangan dengan ferry nya sekitar 15 menit. Sebentar banget yaa… Jangan ngebayangin jarak Jakarta Merak atau Ancol – Pulau Seribu… ^_^ ^_^
Pulau yang namanya diambil dari nama salah satu pahlawan bangsa Korea, Jenderal Nami ini menjadi sangat terkenal setelah digunakan untuk shooting serial drama Winter Sonata (2002). Saya sendiri belum pernah nonton drama nya. Tapi begitu sampai di Nami Island ini, saya bisa langsung merasakan sensasi drama dan romantisme kisah cinta Kang Joon-sang dan Jung Yoo-jin yang fenomenal itu. 😀 😀
Jalan2 di berwisata ke Nami Island ini memang sangat menyenangkan. Udaranya sejuk, pulaunya bersih, pemandangannya cantik dan makanannya enak2 ^_^. Pemandangan pulau Nami dengan deretan pinus yang berbaris rapi ini memang selalu cantik sepanjang musim. Karena saya baru 1 kali ke Nami di musim semi, jadinya foto2 musim yang lainnya saya pinjam dari hasil googling saja yaaa…

summer

autumn

winter

spring, april 2015. pose a la bintang film Korea ^_^
Mount Seorak National Park.
Tempat wajib lain yang perlu diliat saat kita mengunjungi Korea ini merupakan wisata alam lain yang menjadi tujuan para wisatawan saat mengunjungi Korea Selatan. Jaraknya sekitar 3 jam perjalanan dari Seoul.
Tebing-tebing Mount Seorak berwarna pucat dan nampak seperti salju abadi. Itulah sebabnya gunung ini dinamakan Seorak, Seor berarti salju dan ak berarti gunung besar. Gunung kapur ini selalu ramai dikunjungi wisatawan sepanjang tahun. Pantas saja rombongan kami perlu mengantri beberapa waktu untuk bisa dapat gilira naik cable car menuju Gwongeumseong Fortress, salah satu puncak Mount Seorak. Di musim dingin puncak gunung Seorak biasanya tertutup salju. Bisa dibayangkan betapa cantiknya yaa…
Mount Seorak ramai dikunjungi para wisatawan sepanjang tahun, namun katanya puncak kunjungan para wisatawan pada saat musim gugur. Kecantikan musim gugur di Mount Sorak katanya merupakan salah satu yang terindah. We’ll just have to check that out later yaa… 😉
Selain menawarkan alam yang indah, sejak lama Seoraksan juga menjadi salah satu pusat peribadatan umat Buddha. Di sini berdiri Sinheungsa Temple, kompleks kuil tua Buddha yang dibangun pertama kali sekitar abad ke-7. Pada dua sisi di pintu masuk kuil terdapat patung-patung besar yang merepresentasikan empat raja/dewa langit dalam kepercayaan Buddha Korea (Cheonwang).
Baekdamsa Temple
Saya bukan penggemar temple. Mungkin karena selama ini temple2 yang saya kunjungi nampak nyaris sama satu sama lain. Tapi Baekdamsa ini beda banget! Lokasinya ga begitu jauh dari Mt. Seorak. Dan begitu menginjakan kaki di komplek Baekdamsa, saya langsung merasa jatuh hati. Tempatnya super bersih, tenang dan nyaman.
Kuil Baekdamsa dibangun oleh Ja Jang (590~658) di masa kekuasaan Queen Jin-Deok (647-654), penguasa ke 28 di Kerajaan Silla di Korea. Kuil ini telah beberapa hancur akibat perang dan bencana alam, salah satunya adalah bencana kebakaran besar yang terjadi pada tahun 690 yang menyebabkan kuil ini rata dengan tanah. Bangunan yang bisa kita lihat sekarang adalah versi renovasinya yang selesai dibangun pada tahun 1957. Kuil Baekdamsa ini berdiri dengan tegak di tengah pesona alam sekitarnya. Dikelilingi hutan dan perbukitan, Baekdamsa terlihat sangat elegan. Saya sukaaaaa sekali menikmati udara sejuk dan suasana tenang di sana. Rasanya betah sekali berlama2 di komplek kuil ini. Apalagi karena di sana juga tersedia fasilitas free wifi 😀 Seperti biasa, saya dan rombongan selalu excited kalau ketemu wifi. Langsung update status dan chek kondisi Jaringan di group chat nya masing2. Itulah enaknya punya bisnis online yaaa… ❤
Everland
Everland merupakan theme park atau taman hiburan terbesar Korea Selatan. Dikelola dan dioperasikan oleh Group Perusahaan raksasa Korea, Samsung, theme park ini menjadi theme park terbesar di Korea yang dikunjungi lebih dari 8 juta pengunjung per tahun. Sama seperti Dufan, Universal Studio dan Disneyland, Everland ini juga dipenuhi dengan ratusan wahana permainan yang bisa dinikmati semua umur. Saya bersama suami memang kebetulan kurang suka sama mainan2 yang yang ada di sana. Mungkin karena perginya ga sama anak2 yaa… Jadi liat wahana2 itu malah bikin kami jadi kangen sama Bianca Benaia dan Benezra yang kami tinggal di rumah. Jadinya kami memilih untuk duduk2 sambil nontonin orang yang lalu lalang dan makan spons es krim khas Everland yang unik dan wienaaaakk tenan… ❤
Bentuk es krim nya bulet2 kecil, teksturnya seperti spons yang lembuuuutttt banget.
Saat kami berkunjung ke Everland juga sedang digelar festival bunga tulip. Ribuan tulip berbagai warna menghiasa sudut2 theme park ini. Cantiiikkkk sekali. Ga perlu jauh2 ke Belanda buat bikin foto sama tulips yaaa…, cukup dengan bergabung jadi independent consultant nya Oriflame dan kejar challange yang hadiahnya bisa jalan2 ke Korea 😀
Gyeongbok Palace
Gyeongbokgung adalah salah satu dari lima istana yang ada di Seoul. Di dalamnya tersimpan sejarah Korea selama lebih dari 500 tahun. Dibangun oleh Raja pendiri Dinasti Joseon, Lee Seong-Gye, pada tahun 1395 ketika ibu kota Negara dipindahkan dari Gyeseong ke Seoul, dan direkonstruksi pada tahun 1867. Gyeongbokgung berarti Istana yang Menyinarkan Kebahagiaan. Sayangnya banyak bagian yang rusak pada saat penjajahan Jepang di awal abad 20. Namun saat ini beberapa bangunan dan tempat yang tersisa pelan-pelan telah diperbaiki.
Gyeongbokgung berdiri di atas lahan seluas 180,000 m2. Letaknya di ujung utara Sejongro Boulevard, katanya mah cuma sepelemparan batu jauhnya dari Blue House, kediaman Presiden Korea Selatan. Waktu itu kami ga sempat mampir ke Blue House, hanya lewat dan liat dari kejauhan saja. Kalau saya ga salah, saat itu ada jalan menujun Blue House yang ditutup sehinggga kami harus mengambil jalur lain.
Saya suka liat pintu2 dan jendela di komplek istana ini. Mirip rumah2 tua di Jawa dan rumah2 peranakan yaaa… 😀
National Folk Museum
National Folk Museum of Korea terletak di halaman Istana Gyeongbok. Di dalamnya tersimpan lebih dari 2000 koleksi artefak dan alat-alat yang digunakan oleh masyarakat Korea pada masa lalu sampai sekarang. Bangunan museum ini didesain mengikuti arsitektur kuil-kuil Buddha yang terkenal di Korea.
Shopping!!
Seoul punya banyaaaaaaakkkkk banget tempat buat shopping. Bisa seharian kalau mau nulis review tempat belanja di Seoul. Tapi kemarin itu kami diajak mampir ke tempat2 belanja turis yang beberapa diantarannya saya lupa namanya. Maklum, kalau ikut tour semuanya terjadi begitu cepat. Dan kadang kita belum sepenuhnya sadar berada di mana, tau2 sudah diminta naik bis lagi untuk lanjut ke destinasi berikutnya. Tempat2 yang kami datengin kemarin itu ada:
National Ginseng Center
Ginseng Store
Produsen Red Pine Needle Oil
Donghwa Duty Free Shop
Amethyst Showcase (tempat pengolahan batu amethys jadi berbagai macam perhiasan. Konon Korea Amethyst is the best quality in the World)
Myeongdong Street
Dongdaemun
Selain tempat2 shoping itu rombongan kami juga diajak ke tempat belajar bikin kimchi dan foto2 menganakan Hanbok, baju tradisional Korea. Di mananya saya lupa 😀
Maka, setelah menghabiskan 5 hari yang sangat menyenangkan di negeri ginseng Korea, perjalanan pun kami lanjutkan menuju Hongkong!
Ngapain aja di Hongkong, nanti ceritanya di Part 2 yaaaa…. ^_^ ^_^ ^_^