Suka duka traveling di masa pandemi.

Saya mau cerita sedikit tentang pengalaman perjalanan pertama saya di masa pandemi ini. Tujuannya 3% pamer, sisanya pengen berbagi sama temen2. Semoga bermanfaat yaaa…

Bulan Oktober yang lalu, setelah mempertimbangkan banyak hal, saya dan suami akhirnya memutuskaan untuk apply visa ke Belanda. Kategori visa yg saya dapat adalah tipe C (short stay, non tourism). Tujuan utama perjalanan kami kali ini memang bukan buat pelesiran, tapi nengokin Bianca. Kalau pun ada acara piknik2 sedikit, ya itu hanya sekedar pemanis aja. 🌷🌷

Traveling di masa pandemi memang ga bebas dan banyak aturan. Saya juga sadar kalau perjalanan kami kali ini akan cukup berisiko.

🤺 Sejak akhir Oktober jumlah kasus covid di Belanda mengalami kenaikan dan angkanya terus meningkat sampai akhir November. Seminggu sebelum saya berangkat, pemerintah Belanda memberlakukan lockdown selama 3 minggu, lalu kemudian diperpanjang lagi sampe waktunya saya pulang. Selama lockdown, kegiatan di tempat umum dibatasi. Toko dan restoran harus tutup jam 5 sore, dan kita hanya boleh terima tamu maksimal 4 orang dalam sehari.

🤺 Kemungkinan terburuk yang paling saya kawatirkan adalah kebijakan total lockdown atau pemerintah Belanda menutup boarder-nya, seperti yang terjadi di masa awal pandemi. Kalau itu terjadi, ada kemungkinan saya ga bisa masuk (meskipun sudah dapet visa), atau lebih apes lagi udah sampe sana terus ga bisa pulang. Untungnya selama di Belanda kemarin pemerintah hanya memberlakukan mini lockdown.

🤺 Tahun 2020 silam, saat terjadi lonjakan kasus covid di dunia, beberapa maskapai middle east carrier sempat menghentikan penerbangan mereka. Kalau udah gitu, flight kita akan terpaksa dicancel. Airlines akan kasih pilihan apakah kita mau refund, atau nunggu sampai pesawat mereka beroperasi kembali. Kalau pembatalan terjadi sebelum saya berangkat ke sana masih mending, saya masih bisa minta refund aja. Tapi kalau udah sampe sana terus penerbangan pulangnya di-cancel, itu mungkin yang akan bikin pusing.

🤺 Untuk bisa masuk toko, restoran, museum, kita perlu menunjukan QR code. Untuk warga Belanda QR code itu sebagai bukti bahwa mereka telah mendapat vaksinasi dosis lengkap. FYI, sertifikat vaksin yang saya punya ga berlaku di sana, jadi secara berkala, setiap beberapa hari sekali saya harus test swab supaya bisa dapet QR code.Test antigen di sana gratis, kita hanya perlu buat appointment dulu.Untuk PCR harus bayar sekitar 70-90 euro, bergantung pada rate kliniknya.

🤺 Kemungkinan saya tertular atau menjadi carrier selalu ada. Jadi saya perlu ekstra ketat jaga stamina dan taat prokes. Walaupun ga pernah ngerasain gejala apa pun, tiap kali swab tetep aja suka deg-degan. Kalau di tempat umum berpapasan dengan orang yang batuk2 dan keliatan sakit, langsung deh parno melanda.

Kita harus selalu siap dengan konsekuensi perubahan aturan perjalanan yang ditetapkan pemerintah. Misalnya, bulan November lalu peraturan karantina untuk pelaku perjalanan dari LN yang sudah mendapat vaksinasi dosis lengkap adalah selama 3 hari. Tapi karena muncul varian baru omicron, masa karantina diperpanjang jadi 7 hari, lalu diperpanjang lagi jadi 10 hari.

Khusus untuk pelaku perjalanan yang datang dari Afrika Selatan dan Botswana, Angola, Zambia, Zimbabwe, Malawi, Mozambique, Namibia, Eswatini, dan Lesotho, masa karantinanya adalah 14 hari.

Buat WNI (PMI, Pelajar/mahasiswa yang telah menamatkan studinya di luar negeri, ASN yang melakukan perjalanan tugas) karantina bisa dilakukan di Wisma Pademangan, Wisma Atlet Kemayoran, Rusun Pasar Rumput, dan Rusun Nagrak, free of charge.

Di luar kategori itu bisa melakukan karantina mandiri di hotel2 yang sudah ditunjuk oleh pemerintah. Daftar hotel karantina, paket layanan dan harga sampai daftar menu yang ditawarkan bisa dicek di sini: https://quarantinehotelsjakarta.com.

Pejabat Pemerintah setingkat eselon 1 ke atas bisa dapet diskresi (boleh milih tempat karantina atau dapet pengurangan durasi karantina). Semalam saya liat di acara talkshow Rosi di Kompas TV, Prof. Wiku Adisasmito (juru bicara Satgas Covid) bilang bahwa diskresi hanya bisa diberikan buat pejabat pemerintah yang melakukan perjalanan dinas, dan ga berlaku buat keluarganya.

Tapi walaupun ga gampang, saya tetep bersyukur bisa pergi ke Belanda kemarin. Senang banget karena akhirnya bisa nengokin Bianca. Liat kampusnya, bantu rapi2in kamarnya, dan masakin makanan2 kesukaanya. Kemarin di sana saya sempat masak sop buntut, ayam geprek, tahu tempe goreng, ayam serundeng, beef steak dan omelette isi udang, keju dan paprika seperti yg biasa saya buatkan buat bekal sekolahnya dulu.

Bener2 precious moment, worth all the risk. 🌷🌷

Dan sekarang, meskipun saya rada sebel gara2 masa karantina diperpanjang jadi 10 hari, saya tetep bersyukur. Karena sudah dikasih kesempatan buat nengokin Bianca, berterima kasih atas perjalanan yang lancar, bisa pergi dan pulang dalam keadaan sehat dan selamat.

Saya menjalani masa karantina saya dengan senang hati. Sebagai tanda kepatuhan saya terhadap pemerintah, dan sebagai bukti sayang saya sama keluarga. ❤️

Hanya jadi sedikit mikir aja karena biaya karantinanya sekarang jadi 4X lipet 😅😅

Selamat menjemput weekend ya gaiisss….
Stay safe and sane, yaaa…. !! 💝

Leave a comment