Greenland Diary (Part 3)

TASIILAQ, 30 JUNI 2019
Pkl. 03.17

Pagi ini saya terbangun terlalu cepat.
Jam 01.15 waktu Greenland (hampir jam 12 siang waktu Jakarta)

Saya sedang berada di sebuah kota kecil di East Greenland, Tasiilaq.
Dimana tidak ada yang namanya free wifi.
Tempat dimana koneksi wifi 6 jam berharga 600 DKK.
Dan ini bukan wifi sembarang wifi.
Tapi ini adalah wifi yang istimewa: lambat dan sangat mahal!

Karena tidak bisa browsing, buka Instagram atau Facebook, maka saya memilih untuk diam saja. Melakukan kontempelasi, kumudian menulis.

Suasana di sini tenaaaannnggg sekali.
Saya bisa dengar suara rintik hujan di luar.
Di kejauhan sayup-sayup kedengaran suara orang bermain sambil tertawa-tawa.
Hati rasanya hangat, dan bibir tiba-tiba mengukir senyum tanpa diberi komando.

Saya menikmati kesempatan pertama menyaksikan midnight sun di Greenland.
Saat dimana matahari tidak tenggelam, dan langit tetap terang sepanjang hari.
Jadi suara orang2 yang bermain sambil terbahak pada jam satu dini hari bukan suatu hal yang ghaib.

Btw, ini adalah pemandangan dari jendela kamar tidur saya pagi ini.
Laksana sebuah lukisan yang cantik tiada tara.
Wajar saja kalau saya begitu gembira kan?

Silakan merasa iri dan cemburu.
Tapi jangan berhenti sampai di situ, cobalah juga buat bermimpi untuk datang ke sini.
Percayala sama saya, kamu tidak akan menyesal!

3 thoughts on “Greenland Diary (Part 3)

    • Hi Jeff,
      Compare to other country in Europe, yes it is considered very expensive to travel to Greenland.
      A 15 minutes helicopter ride from Kulusuk to Tasiilaq (which is the only transportation available) cost around USD 400.

      But I must say that a trip to Greenland worth every penny.

Leave a comment