l. is for the luckiest.
dari jendela kamar di lantai delapan belas itu, saya bisa melihat dengan jelas, kedua anak saya yang menghabiskan sore mereka di kolam renang lantai m1 bersama dengan bapaknya. udara sore itu cukup dingin. angin kencang bolak balik berhembus, bikin anak 2,5 tahun saya terpaksa menyerah, dan memutuskan untuk segera naik, menghabiskan sisa sorenya dengan sebotol susu dan tayangan kartun di tv.
sudah sering saya melihat pemandangan seperti itu. bapak, menemani anak2nya di kolam renang. mengajari mereka cara bernafas di dalam air. sesekali menggendong mereka. dan membersihkan tubuh2 kecil yang licin dan berbau kaporit itu di kamar bilas.
sore itu, dari kejauhan saya melihat bapak menyisir rambut panjang bianca dengan penuh sabar. entah kenapa, tiba2 saja dada saya berasa sesak. dan pandangan mata saya mengabur. selama beberapa saat, saya memilih berdiri diam, menikmati pemandangan itu.
saya bersyukur, karena kembali diingatkan. betapa beruntungnya saya. suatu saat, saya juga akan menceritakan kepada anak2 saya, betapa beruntungnya mereka.
mrebes mili yooo jeung…Tuhan baik adanya, sehingga terasa apa yang tidak layak kita trima kita dilayakkan..Amin.. 🙂
betul mam,
untuk ukuran orang ‘kacau’ kayak saya, TUHAN memang terlalu baik…