saya ga ingat persis, tahun berapa kami pindah ke rumah itu. tapi masih terang betul perasaan saya di hari pertama kami tinggal di situ. seperti baru bangun dari mimpi. senang bukan buatan. saya hafal luar kepala warna ubin dan pagarnyanya. juga bentuk jendela dan motif tirainya. dan saya belum lupa nomor rumahnya.
sekarang gang menuju rumah itu sudah 10x lebih padat dari yang bisa saya ingat. kuburan kecil yang dulu setiap hari saya lewati sekararang sudah tertutup bangunan. kebun singkong tetangga sudah berubah fungsi jadi warung kelontong. pos ronda tempat saya biasa main masak2an juga sudah ga keliatan batang hidungnya.
melangkahkan kaki menelusuri jalan2 yang dulu setiap hari saya lewati ternyata seperti masuk ke dalam sebuah mesin waktu. kenangan2 masa kecil seperti menari2 di kepala. terbayang muka almarhum papi yang dengan galak menunggu di balik pager rumah setiap kali saya pulang terlambat. teringat mas sidi, abang bakso langganan saya yang konon menjadi penyebab kenapa uban di kepala saya tumbuh meraja lela sebelum waktunya. juga masih terasa suasana malam2 horor tiap kali harus jalan sendirian melewati kuburan deket rumah. ternyata saya tidak sepelupa yang dituduhkan orang selama ini.
di teras rumah itu saya biasa duduk2 sama almarhun papi, sambil main gitar dan nyanyi lagu2 the beatles.
Hey jude, don’t make it bad…
Take a sad song and make it better.
Remember to let her into your heart,
Then you can start to make it better… better… better… betteeeerrrrr…..
kadang saya nemenin papi nyanyi2 dengan sukacita. kadang juga dengan males2an. karena walaupun hati lagi galau atau mood lagi ga asik, saya ga berani nolak nemenin papi, takut dimarahin 😀 anehnya, walaupun kami tinggal di perkampungan yang rumah2nya saling empet2an, jaman segitu ga ada tetangga yang protes karena keberisikan. syukurlah…
di teras itu juga tiap minggu sore papi biasa menghabiskan waktunya nguntel2 tanaman2 kesayangannya. abis itu, giliran istri sama anak2nya yg merengat merengut gara2 disuruh ngepel lantai yang penuh tanah karena tampias abis disiram.
teras yang sama itu juga sudah setia menemani adik perempuan saya berjualan bubur sumsum dan candil setiap bulan puasa tiba. kelezatan bubur sumsum buatannya sudah terkenal sampai ke ujung gang.
pagar rumah kami yang kokoh dan berwarna merah gonjreng adalah icon yang menggambarkan keteguhan hati dan keberanian para penghuninya dalam berjuang mengarungi bahtera hidup 😀 pager itu adalah buatan almarhum papi. dibikin dari pipa yang diisi semen. jadi kalau ada orang yang iseng nonjok atau mentokin kepalanya ke pager itu, niscaya akan merasa sangat menyesal.
dapur kecil di bagian belakang rumah, adalah daerah kekuasan mama. tempat beliau biasa memeras keringat dan memutar otak untuk menyulap 2 butir telur ayam jadi sumber protein untuk 6 orang penghuni rumah. di sana juga mama sudah menghasilkan ratusan, atau mungkin ribuan lembar crepes riloses dan dadar gulung isi unti yang biasa kami titipkan di warung deket rumah untuk dijual. di dapur itu juga setiap pagi saya menikmati nasi goreng putih kesayangan saya sebelum berangkat ke sekolah.
koridor di samping rumah adalah tempat mama biasa menjemur pakaian. kadang2 duduk2 di situ siang2 juga enak. walaupun pemandangannya mentok di tembok rumah tetangga, tapi tiupan angin dari halaman depan cukup bikin hati teduh dan mata ngantuk. di koridor samping itu, saya pernah menghabiskan sekitar 2 jam masa hukuman saya ditemanin nyamuk dan bunyi kodok. iya, saya ga dibukain pintu sama papi gara2 pulang kemaleman sesudah latihan paskibra di sekolah. untung akhirnya mama ga tega dan membiarkan saya masuk rumah lewat pintu samping deket tempat cucian.
sekarang rumah yang penuh kenangan, tawa dan air mata itu sudah punya penghuni yang baru. konstruksi atap dan talang airnya sudah diperbaiki. pintu2 dan jendelanya juga sudah disulap jadi lebih modern. warna cat dindingnya sudah disesuaikan dengan selera pemiliknya yang baru. hanya lay out, pohon sikas dan satu temannya serta pagar semen merah gonjreng itu saja yang masih tetap tinggal di situ. dan tentu saja, semua kenangan masa lalu saya.
padalarang, 11 agustus 2013
miss you, pap….
dan ‘rumah berkat’ kita.
kenangan nan penuh pelajaran,
dan menjadi milik publik, berguna bagi banyak orang dengan dituliskan
*love it*
hatur nuhun, pak… senang bisa berbagi 🙂
Baru pulkam ya Bu…?
Bagus … menggelitik …
iya pak, libur lebaran kemarin. ngajak anak2 liat rumah almarhum opanya 😀
Terima kasih yaa…