Dari Rembrandt Square, Alex mengajak kami untuk sarapan di sebuah cafe langganannya yang terletak ga jauh dari situ. Namanya Eetsalon Van Dobben. Eetsalon ini ukurannya ga terlalu besar tapi tempatnya nyaman sekali. Sudah berdiri di sana sejak puluhan tahun yang lalu. Kata Alex, dia sudah jadi pelanggan Van Dobben selama 3 generasi. Mereka menyajikan berbagai menu tradisional khas Belanda. Ada pea soup with ham, croquettes, dan berbagai jenis broodjes dan snacks. Pagi itu saya memesarn roti dengan isian veil (daging anak sapi) seharga 3,75 euros, sepotong croquette seharga 2,75 euros dan secangkir coklat panas yang saya lupa harganya 🙂 Rasanya enaaakkk sekali! Veil nya lembut dan juicy. And the croquette was excellent!
Selesai menyantap sarapan yang super yummy, kami melanjutkan perjalanan menyusuri pertokoan di sepanjang Regulierbreestraat yang menghubungkan Rembrandtplein dengan Muntplein. Letaknya ga jauh dari Amstel Canal. Alun-alun Muntplein ini sebetulnya adalah sebuah jembatan besar dan merupaka jembatan yang terlebar di Amsterdam. Membentang di atas sebuah kanal yang menghubungkannya dengan sungai Amstel. Di Amsterdam, semua jembatan diberi nomor, dan muntplein adalah jembatan no. 1. Tepat di tengah muntplein kita bisa melihat sebuah menara besar dengan sebuah jam bundar di tengahnya. Ga jauh dari situ ada restoran Mc Donalds yang pertama di Amsterdam. Dan di seberangnya ada Burger King, warung burger terenak di dunia, menurut saya. Hehehe…
Di seberang muntplein kita akan disambut dengan meriahnya blumenmarkt. Orang Belanda pada umumnya memang sangat menyukai bunga. Konon, hampir sepanjang tahun kota2 di Belanda selalui dihiasi dengan berbagai macam bunga cantik, khususnya bunga tulip yang jadi bunga khas negeri itu. Hampir setiap tahun selalu ada varian baru dari bunga tulip. Jadi bisa dibayangkan betapa beraneka ragamnya bunga itu sekarang. Ada ratusan warna, bentuk dan corak. Belanda memang sangat serius membudidayakan bunga cantik asal Turki ini dan menjadikan keindahannya sebagai salah satu sumber devisa. Selain deretan bunga2 cantik beraneka warna, canabis dan cabe rawit, di sepanjang blumenmarkt kita juga bisa menemui banyak toko suvenir, toko keju dan restoran2 yang menjual masakan Indonesia 🙂
Saya sebetulnya tergila2 dengan berbagai jenis keju yang dijual di sana. Ingin sekali rasanya bawa barang satu-dua karung buat anak2. Tapi apa daya… tangan tak sampai 🙂 Kapan2 saya ajak aja anak2nya ke sana, biar mereka bisa makan keju sepuasnyaa…
Selain kanal2 cantik, bunga aneka warna dan keju aneka rasa dan ukuran, pemandangan unik lain yang bisa kita temui di Amsterdam adalah deretan sepedanya. Penduduk Amsterdam memang sangat suka bersepeda dan Amsterdam adalah kota yang sangat memperhatikan pengguna sepeda. Di mana-mana terdapat jalur khusus untuk sepeda. Mobil dan motor pun akan mengalah jika berhadapan dengan sepeda. Salah satu alasan mengapa penduduk Amsterdam lebih suka naik sepeda dari pada motor atau mobil adalah karena sepeda bebas biaya parkir. Sementara ongkos parkir mobil di sana itungannya mahaaal sekali.
Walau pun para pengendara sepeda di Amsterdam umumnya sudah sangat mahir, tapi kita tetep harus hati2 dan waspada. Mereka kadang suka ngebut dan ga jarang nabrak orang yang berjalan ga pada tempatnya. Sadis ga siiihhh….
Anyway…, mari melanjutkan perjalanan kita…
Tujuan selanjutnya adalah Dam Square. Letaknya sekitar 750 meter dari centraal station. Bentuknya persegi panjang dan menurut data di Wikipedia, alun2 ini mempunyai panjang sekitar 200 meter dan lebar sekitar 100 meter. Di ujung barat alun2 ini berdiri sebuah bangunan klasik yang disebut Royal Palace. Sejak 1655 Royal Palace berfungi sebagai city hall, sampai kemudian pada 1808 fungsinya berubah menjadi tempat tinggal keluarga kerajaan Belanda.
Persis di depan Royal Palace itu ada kedai penjual hotdog, beberapa orang kemudian sering menyebut bangunan ini dengan Hot Dog Palace 🙂
Di sudut square yang lain ada museum liin Madame Tussaud, Niew Kerk dan Magna Plaza. Magna Plaza yang dulunya merupakan bangunan kantor pos besar ini adalah mall pertama di Belanda yang buka pada hari Minggu (sejak 4 tahun terakhir). Sebelumnya, semua mall dan pusat perbelanjaan di Belanda tutup di Hari Minggu. Dulu setting nya Hari Minggu adalah hari untuk orang beristirahat dan beribadah ke Gereja. Ironisnya, saat ini ada banyak bangunan gereja di Belanda yang sudah tidak berfungsi lagi sebagai tempat ibadah. Sebagian malah telah dijual dan dialihfungsikan. Termasuk Niew Kerk atau New Church yang dulu merupakan tempat dilaksanakannya pemberkatan nikah dan pentahbisan/penobatan keluarga Kerajaan seperti Ratu Beatrix dan Raja Willem Alexander, sekarang sudah tidak digunakan sebagai tempat ibadah lagi. Saat saya berkunjung ke sana, di Niew Kerk malah sedang digelar acara Ming Dynasti Exhibition…
Owiya, ada satu hal yang menarik lagi… Dalam perjalanan menuju ke Dam Square, kami sempat melintasi sebuah Departemen Store, De Bijenkorf. Depstore ini menjual barang2 mewah dari berbagai merk terkenal di dunia. Setiap hari De Bijenkorf tutup pada pukul 6 sore, kecuali untuk para wistawan dari Cina. Jam berapa pun rombongan wisatawan Cina datang, departemen store ini akan dibuka khusus untuk melayani mereka. Hebat yaa… 🙂
Lanjuuuuutttt…..,
Berikutnya kami naik trem menuju ke museumplein. Sebuah lapangan besar di bagian utara kota dimana berdiri 3 meseum besar: Rijksmuseum, Van Gogh Museum dan Satadelijk Museum. Ada juga gedung pertunjukan Concertgebouw, Consulate of United State dan Diamond Museum.
Suasana di sekitar museumplein itu sangat menyenangkan. Ada banyak area terbuka di mana penduduk kota dan para wisatawan bisa duduk2 sambil menikmati udara musim gugur yang sejuk, dan tentu saja berfoto ria 😀 Menurut cerita Alex, lapangan besar itu juga biasa digunakan oleh para pencinta klub sepak bola Ajax untuk merayakan pesta kemenangan klub mereka.
Setelah duduk2 sejenak untuk melepas lelah, kami lalu berjalanan kaki ke Peter Corneliz Hoofstraat. Sebuah shopping street yang sangat terkenal di Amsterdam. Di sepanjang PC Hoofstraat itu berderet toko dan butik mewah dari berbagai merk terkenal. Mulai dari Hermes, Chanel, Cartier, Gucci, Louis Vuitton dan teman2nya… 🙂
Di ujung shopping street itu ada satu restoran masakan Indonesia yang sangat terkenal, Sama Sebo. Restoran ini adalah salah satu restoran Indonesia tertua di Negeri Belanda dengan rijstafel sebagai specialty nya. Rijstafel itu adalah jenis penyajian makanan seperti yang biasa kita liat di Rumah makan Padang. Menunya seperti menu rasi rames, ada nasi, sate ayam, semur daging, tumis sayur, telor dadar, sambel goreng tempe, oseng tahu, kerupuk, acar, dan lain-lain. Harga yang ditawarkan adalah harga paket.
Kenapa fotonya cuman dari luar, karena kami memang ga mampir untuk makan di sana. Harganya bikin kepala sedikit pening…. Hehehe… 😀 Harga 1 porsi telor dadar isi 8,25 euro. Seporsi tahu goreng 3,75 euro. Mendingan nunggu pulang ke Jakarta aja yaa…
Walaupun menu yang disajikan di rijstafel ini adalah menu2 khas Indonesia, sebetulnya budaya rijstafel sendiri berasal dari jaman kolonial. Pada masa pendudukannya di Indonesia, orang Belanda menyajikan rijstafel ini untuk menjamu keluarga atau para tamu istimewa mereka. Berbagai hidangan khas negeri kita yang kaya akan rasa, bentuk dan aroma itu selalu berhasil membuat tamu2 mereka terkagum2.

Rijsttafel in Dutch family in Bandung (West Java) in 1936. (Picture taken from http://en.wikipedia.org/wiki/Rijsttafel)
Dari PC Hoofstraat, petualangan kami lanjutkan ke taman kota terbesar di Amsterdam, Vondelpark. Taman ini biasa dikunjungi oleh setidaknya 10 juta orang dalam setahun. Di musim semi orang2 datang ke Vondelpark untuk menikmati indahnya bunga2 yang bermekaran. Sementara di musim panas, orang2 datang ke sana untuk berpiknik, berjemur di bawah sinar matahari atau menonton konser musik.
Di seberang Vondelpark kita bisa melihat Holland Casino. Menurut Alex, casino ini sepi dan ga banyak peminatnya. Tapi beberapa restoran dan pubs di sekitar Holland Casino itu terlihat cukup banyak pengunjungnya. Kebanyakan dari mereka duduk2 sambil menikmati beer dingin dan pemandangan perahu2 wisatawan yang lalu lalang di canal cruise.
Dari Holland Casino, terus kemana lagi?
Ceritanya to be continued yaaa….
Mau istirahat dulu… Kepala panas abis tuponas 🙂