Pasar Malem di Kota Tua (Promised Land Part 4)

Tepat pkl. 21.20, SMS dari Saber masuk. I’m in the lobby. Keren yaaa… Very punctual.

Malam itu Saber akan menemani kami jalan2 ke kota tua. Dan karena saat itu bulan Ramadhan, moslem quarter adalah area yang paling seru dan meriah di malam hari. Jalanan biasanya mulai dipadati pengunjung dan menjadi sangat ramai sesuah jam buka puasa (sekitar jam 20.00) sampai tengah malam bahkan dini hari. Anak2 ga diajak karena sudah terlalu malam. Jadi selesai makan malam, saya minta anak2 untuk segera ganti baju dan siap2 untuk tidur.

oldcitymap1

Kota tua Jerusalem terbagi menjadi 4 wilayah, masing2 Moslem Quarter, Christian Quarter, Jewish Quarter dan Armenian Quarter. Wilayah moslem quarter adalah yang terbesar, luasnya sekitar 300.000 m2. Walau pun namanya moslem quarter, tapi yang tinggal di area ini tidak semuanya muslim. Ada juga orang Kristen dan Yahudi yang tinggal di daerah ini.

Kita bisa masuk ke moslem quarter melalui 3 pintu gerbang: Herod’s gate, Lion’s gate atau Damascus gate. Kami masuk melalui Damascus gate, karena letaknya yang paling dekat, sekitar 3 km dari hotel kami. Malam itu jalanan di sekitar damascus gate terlihat benderang dengan hiasan lampu yang berjuntai2. Puluhan kedai penjual makanan2 khas bulan Ramadhan dan pedagang kaki lima yang jualan berbagai kebutuhan lebaran juga turut menghiasi sepanjang jalan Sultan Suleiman. Mirip pemandangan di daerah tanah abang atau mangga dua di Jakarta.

DSC_0263

DSC_0274

Slide1

DSC_0280

DSC_0265

Image 11

DSC_0264

DSC_0256

Image 12

Yang paling berkesan buat saya malam itu adalah saat Saber mengajak kami mampir ke Ja’far Sweets. Toko yang menjual salah satu makanan paling terkenal di Jerusalem: knafeh. Knafeh adalah sejenis dessert berupa cheese pastry yang direndam dalam sirup gula. Itu adalah pertama kalinya saya makan knafeh. Rasanya unik dan enak sekali. Ada kombinasi yang pas antara rasa gurih dari pastry, asin nya keju dan manisnya sirup gula. Benar2 lezaaatttt….. 🙂 🙂 🙂

DSC_0267

DSC_0270

Sekitar pukul 22.15 kami meninggalkan moslem quarter dan mulai menyusuri Sultan Suleiman Street menuju ke Salah-e-Din Street. Pemandangan di sepanjang Sultan Suleiman Street ini ga kalah menarik. Ada deretan pedagang kaki lima yang menjajakan berbagai macam barang. Mulai dari buah2an, roti, permen, jagung rebus, sendal sampai perabotan dapur.

DSC_0258

DSC_0257

DSC_0271

DSC_0277

DSC_0281

DSC_0282

DSC_0260

Di dekat terminal bis yang letaknya ga jauh dari Garden Tomb, kami mampir sebentar ke warung kopi take away yang menyediakan kopi Arab yang katanya enak banget. Kebetulan saya memang bukan penggemar kopi. Saya hanya minum kopi kalau sedang ngantuk, tergoda sama aroma kopi yang kebetulan tercium,  atau karena udah ga tau lagi  mau minum apa. Jadi saya ga bisa berkomentar banyak tentang kopi arab yang saya minum malam itu. Rasanya super spicy. Seperti minum kopi yang ketumpahan sekantung bumbu dapur. Waktu Saber tanya: “how’s the coffee?“, Bapak menjawab: “it is good and very strong“. Dan saya hanya bisa bilang: “it is unforgettable”

IMG_20150705_025054

Salah-e-Din atau Salah-Al-Din Street adalah salah satu shopping street terbesar di bagian timur Jerusalem. Nama Salah-Al-Din diambil dari nama Sultan pertama Mesir dan Siria yang menjadi pahlawan dalam pertempuran melawan the Crusaders. Salah-Al-Din wafat pata tahun 1193 di Damascus dalam keadaan sangat miskin setelah ia membagi2kan seluruh kekayaannya pada rakyatnya, dan dimakamkan di sebuah mausoleum di Damascus.

DSC_0301

Image 9

Salah Al-Din is a busy street.  Bermacam bangunan besar dan kecil berjajar di sepanjang kiri dan kanannya. Mulai dari toko, restoran, hotel, klinik, bank dan juga kantor polisi. Malam itu Salah-Al-Din penuh sesak dengan orang2 yang datang untuk berbelanja. Malam sebelumnya saya juga sempet jalan2 sebentar setelah dinner, tujuan awalnya mau ke Salah-Al-Din street ini. Penasaran pengen liat karena ceritanya Saber. Sperti biasan, sebelum jalan browsing arah dulu di google map. Tapi karena saya masukin spelling nama jalannya salah, jadilah si google map nya bingung… Akhirnya kami putuskan untuk jalan pake insting aja. Dan karena kami mengambil belokan yang keliru, akhirnya cuman muter2 di sekitar hotel aja. But still it was fun and enjoyable. Jarang2 bisa jalan2 malem dengan suasana yang tenang dan nyaman seperti itu di Jakarta.

Setelah mampir di sebuah toko utnuk beli manisan dan kacang pistachio kesukaannya Benaia, kami pun kembali ke hotel. Sudah hampir mid night, Saber harus segera pulang dan mungkin bantu2 istrinya untuk menyiapkan makan sahur 😀

DSC_0299

Anak2 sudah tidur nyenyak saat kami tiba di kamar. A long day, exhausting and exciting at the same time.
We were leaving Jerusalem the next day, and I just knew that we are coming back there soon.

Advertisement

One thought on “Pasar Malem di Kota Tua (Promised Land Part 4)

  1. Shalom Ibu Lesca…
    Cerita prjalanan Ibu sangat memotivasi sy untuk kmbali lagi ke Isarel tanpa tour…..Sy ke israel Juni 201…..sy rindu skali untuk kembali k negara ini…
    Bolehkah di share
    1. biaya tiket, akomodasi, car rental dan guide+ tip?
    2.Cara pengurusan visa dan biaya..
    Trimakasih sebelumnya ..Tuhan mmberkati Ibu dan keluarga

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s