Bulan lalu, saat berkunjung ke Yongpyeong, sebuah desa kecil di Pyeongchang, di halaman rumah tempat kami menginap, saya bertemu dengan sebuah kotak pos yang berdiri tegap, tepat di gerbang masuk pelataran. Meski dia dicat dengan warna merah menyala yang seharusnya melukiskan gairah, saya merasa kotak pos itu sedang nelongso karena kesepian…
Jaman saya kecil dulu, saya suka sekali kalau denger bunyi bel sepeda tukang pos. Bapak tua dengan seragam warna abu2 dan topi oranye itu selalu datang dengan membawa berbagai kejutan. Entah post card dari negeri2 yg jauh, surat dari sahabat pena, kartu natal dari kerabat atau majalah Nieuw Leven bekas yang dikirim oma buyut dari Netherland.
Dengan setia, setiap hari kecuali hari Minggu, Pak Pos berkeliling dengan membawa tas gendut mirip karung yang berisi berbagai macam surat, wesel, postcard dan bungkusan2 paket, yang akan diantarkannya ke rumah2. Kalau pemilik rumah menyediakan kotak pos di halaman, maka surat2 akan dimasukan ke dalamnya. Jika tidak, Pak Pos akan menekan bel, membat bunyi2an di pagar, atau berteriak memanggil pemilik rumah agar keluar untuk mengambil haknya. Atau jika di depan rumah terpasang tulisan “awas anjing galak”, Pak Pos bisa saja menyelipkannya di pagar atau melemparkan ke teras rumah. Bergantung pada situasi dan kondisi.
Lalu hadirlah ia yang bernama ‘teknologi digital’. Dengan cepat2 saja dia menggeser peran penting pak tua tukang pos. Kartu Natal sekarang dikirim lewat aplikasi Whatsapp. Surat2 dan berbagai macam tagihan dikirim lewat email. Paket2 diantarkan oleh kurir OL Shop. Surat2 dari sahabat pena mungkin sudah lama punah. Dan majalah versi cetak sudah mulai jarang dilirik orang, kecuali majalah2 lama yang biasa dibaca orang saat sedang menunggu di salon.
Begitulah…
Pekerjaan Pak Pos dan kotak surat kelihatannya memang sudah banyak berkurang. Mungkin itu sebabnya sudah bertahun2 saya tidak pernah berjumpa dengan Pak Pos di jalan. Kini semakin sedikit rumah yang masih mempertahankan kotak surat di halamannya. Saya rasa itulah yang membuat kotak surat merah yang saya lihat di Yongpyeon seperti sedang merasa kesepian….