blendrang!

entah dari mana sebenarnya kata “blendrang” ini berasal. tapi nama itulah yang biasa saya pakai untuk menyebut jenis makanan yang satu ini. kalau orang sunda menyebutnya dengan “kakaren”, yang artinya sisa2. atau mungkin juga “makanan kemaren” 😀

jaman saya kecil dulu, saat bulan puasa dan menjelang lebaran di kampung saya ada tradisi saling berkirim makanan antar tetangga. menu makanan yang dikirim bermacam2. tapi yang paling umum dan hampir pasti ada di setiap baki kiriman adalah sambel goreng kentang, tumis cabe ijo campur bihun/soun dan ayam goreng/empal.

limpahan berkat makanan belum berakhir sampai di situ, saat lebaran tiba, kami juga sering mendapat kiriman makanan dari para tetangga. tentu saja, opor ayam, rendang, semur, sambel goreng kentang dan tumis cabe ijo campur bihun/soun lagi…

karena jenis makanannya yang beragam, tapi kuantitinya ga banyak2 amat, ritual menghangatkan makanan pun menjadi “sesuatu” banget. apalagi jaman segitu belum semua orang punya kulkas dan tupperware serta microwave. kalau sekarang,  kita tinggal masuk2in sisa2 makanan ke dalam tupperware atau plastic container lain, terus masukin dalam kulkas. kalau mau dimakan lagi, tinggal angetin pake microwave.  beres deh….

balik lagi ke jaman dulu….. jadi untuk menghindari makanan2 itu menjadi basi, tiap hari semua sisa makanan itu perlu dihangatkan satu per satu di atas kompor. beberapa jenis makanan malah perlu dihangatkan dua kali sehari. kebayang ga, kalau ada 5 jenis makanan saja yang perlu dihangatkan. berapa banyaknya waktu yang diperlukan buat menghangatkan mereka. not to mention, konsumsi minyak tanah yang terpakai selama proses hangat menghangatkan itu. belum lagi kalau ada jenis2 makanan yang suka lengket di wajan. maklum, wajan teflon belum terlalu terkenal waktu itu. abis ngangetin rendang, cuci wajan. sesudah kering, giliran ngangetin sambel goreng kentang. abis itu cuci wajan lagi, lanjut ngangetin semur… lama2 kan kesian wajannya juga…

maka, munculah sebuah ide cemerlang di kepala ibu2 rumah tangga waktu itu. demi untuk mempersingkat waktu dan menghemat bahan bakar dan sabun cuci piring, maka prosesi menghantkan makanan itu dilakukan secara bersamaan. panaskan wajan, masukan sedikit minyak. masukan rendang. disusul dengan opor ayam. diikuti dengan sambel goreng kentang. lanjut bihun cabe ijo. dan seterusnya, dan seterusnya. maka terciptalah blendrang yang super kaya rasa!

blendrang yang sudah berusia beberapa hari warnanya akan berubah kehitaman. buat saya yang pencinta blendrang, semakin gelap warnanya, semakin sedap rasanya. paling sedap disantap dengan nasi anget, atau ulen (makanan khas sunda, terbuat dari ketan putih yang dimasak, lalu dicampur dengan kelapa parut dan garam, kemudian dihaluskan, dicetak, lalu digoreng).

jangan ditanya perkara kandungan kalori dan kolesterolnya. yang pasti jangan coba2 mengkonsumsi blendrang ini sepanjang tahun…

kadang saya berpikir, mungkin di dalam blendrang ini tersembunyi jimat para leluhur yang kadang membuat org yang memakannya seperti kehilangan kendali. ambil nasi satu centong, ditambah blendrang dua sendok makan. saat nasi habis, blendrang masih tersisa sedikit. tambah lagi setengah centong nasi dengan alasan untuk menghabiskan sisa blendrang. blendrang habis, masih ada sisa nasi sedikit. tambah lagi blendrang 1 sendok makan untuk menemani sisa nasi. kemudian nasi habis, sisa blendrang sedikit….

saya menyebutnya: muslihat blendrang!

suatu saat, saya rindu pada blendrang. dan tidak ada warung nasi atau restoran yang menyediakan menu blendrang. saya melakukan stock opname kulkas, menemukan sisa dedak rendang. sedikit ikan bakar bumbu rica. oseng2 tempe. beberapa potong semur jengkol, dan secuil ayam bakar. beberapa menit kemudian, ada sepiring blendrang di meja makan. tidak ada yang tertarik mencicipi, hanya saya sendiri. anak2 malah memandang si blendrang dengan tatapan merendahkan. biarlah…

dan ga lama kemudian, di kursi butut kesayangan saya, berduaan dengan blendrang, saya menghabiskan sore saya. melepas rindu sambil menikmati pemandangan kebun belakang rumah yang rumputnya sudah mulai panjang dan perlu segera dicukur. hanya saya dengan si blendrang dan satu setengah centong nasi merah…

dan sebagai mantera penangkal muslihat blendrang, print out daftar makanan dan kandungan kalorinya saya letakan ga jauh dari piring makan. just in case…

saya pikir, memang harus ada org yang meneruskan suatu tradisi, bukan begitu?

Advertisement

2 thoughts on “blendrang!

  1. Lescaaaaa……ternyata I’m not alone, gw juga doyan banget itu makanan sisa yg disatuin dipanasin setengah kering. But kita ga namain itu blendrang, kita menyebutnya bebeyek. Yang lebih seru lagi, kadang2 kita nemu yg tidak terduga disitu. Kadang telur puyuh, kadang potongan besar daging. Pokonya makanan itu full of surprise ya? Hahahahah….sayangnya, it has been a long time I never have that kind of food, would you share me some? LOL…..

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s