Another Journey to The Promised Land (Part 1)

Perjalanan kami ke Jerusalem tahun ini adalah yang ketiga kalinya buat saya dan suami. Buat anak2, ini adalah kunjungan mereka yang kedua. Dua trip sebelumnya kami datang bersama dengan group tour. Pada kunjungan pertama, kami masuk ke Israel melalui perbatasan darat dari Mesir. Dan yang kedua, kami masuk melalui perbatasan di Amman, Jordan. Tahun ini kami ingin mencoba berziarah sekaligus bertualang ke Israel dengan masuk melalui pelabuhan udara Ben Gurion di Tel Aviv.

Tentu saja ada perbedaan besar antara “pergi sendiri” dengan pergi bersama group tour. Kalau ikut grup tour kita praktis ga perlu mikir. Check in tau beres. Koper2 sudah ada yang ngurus. Itinerary sudah disiapkan. Hotel sudah dipilihkan. Tinggal duduk manis dan nunggu aba2:

“silakan turuuunnn…”
“ayo naik ke biiiis…”
“5 menit lagi kita tiba di tempat makan…”
“besok pagi kita 6, 7, 8 yaaa…. Jam 6 wake up call, jam 7 breakfast, jam 8 kita berangkat….”

Kadang saya merasa seperti sedang melakukan pentas seni drama dimana saya berperan sebagai bebek yang lapar. Enak, sekaligus ga enak… Yang pasti pergi dengan group tour memungkinkan kita untuk mengunjungi puluhan tempat penting dalam waktu hanya beberapa hari saja. With a very tight schedule, of course…

Misalnya, di kunjungan kami yang pertama tahun 2012 silam, dalam 11 hari kami digiring melihat banyaaaakkk sekali tempat yang beberapa diantaranya terletak cukup jauh dari peradaban.

– Bermalam dan melakukan city tour seharian penuh di Dubai.
– Bermalam di Cairo
– Mengunjungi piramida dan sphinx
– Bermalam di St. Catherine di kaki gunung Sinai
– Mendaki Gunung Sinai
– Berlayar di sungai Nil
– Lanjut ke Laut mati
– Jericho
– Jerusalem
– Tiberias
– Galilea
– Kana
– Kapernaum
– Betlehem
– Qumran
– Gunung Nebo
– Dead Sea
– Nazareth
– Petra di Jordan
– Berziarah ke puluhan gereja
– Shopping di entah berapa banyak tempat. Mulai dari pabrik parfum di Mesir, toko suvenir murah2 di Betlehem, sampai nonton film dokumenter di diamond store di Tiberias.

Pyramid, Egypt. March 2012.

Pyramid, Egypt. March 2012.

Pada kunjungan berikutnya, kami memilih untuk hanya berziarah di Israel saja. Tidak ke Mesir atau pun Jordan, hanya sekedar transit di Doha, Qatar dan Amman, Jordan. Kami kembali mengunjungi tempat2 ziarah dan wisata yang sama di Israel, dengan tambahan 2 tempat baru: Gunung Hermon dan Megiddo atau the field of Armageddon. Yang lainnya praktis sama. Mulai dari toko suvenir yang kami kunjungi sampai restorannya pun nyaris sama. Mungkin karena kuatnya semangat kebersamaan dari para Travel Agent.

pigura no. 1

Dan tahun ini karena merasa terpanggil, dan setelah melalui perenungan panjang serta berbagai pertimbangan, akhirnya kami memutuskan untuk kembali berziarah ke Tanah Perjanjian tanpa ikut group tour. Untuk pengurusan visa Israel saya dibantu oleh salah satu agent travel langganan saya di Jakarta. Dan ternyata pengurusan visa ini tidak sesulit yang saya bayangkan. Walau pun memang ada yang berbeda, karena Indonesia tidak punya hubungan diplomatik dengan Israel dan tidak ada kantor Kedutaan mereka di Jakarta.

Saya menyusun sendiri itinerary perjalanan kami dan memutuskan untuk menyewa van selama kami di sana. Saya rasa itu adalah pilihan yang paling pas karena kami travelling dengan membawa 3 anak dan ada beberapa tempat tujuan yg letaknya di luar kota Yerusalem.

Untuk penerbangan saya pilih Turkish Airlines karena setelah ziarah di Jerusalem kami akan melanjutkan perjalanan ke Istanbul dan beberapa kota lain di Turki.

Perjalanan dari Jakarta ke Tel Aviv makan waktu 11 jam. Cukup lama dan melelahkan. Berbagai film dan games yang disediakan di pesawat sangat membantu anak2 untuk membunuh kejenuhan saat mereka sedang tidak tertidur. Setelah transit kurang lebih 1,5 jam di Istanbul, kami melanjutkan penerbangan ke Tel Aviv, sekitar 2 jam lamanya.

_DSC0009

Tel Aviv adalah sebuah kota pelabuhan yang sangat modern dan merupakan kota kedua terbesar setelah Yerusalem. Selama delapan bulan, dari bulan Mei sampai Desember 1948, yaitu sampai dengan direbutnya Yerusalem, Tel Aviv juga merupakan ibu kota de facto Israel. Setelah itu Israel menetapkan Yerusalem sebagai ibu kotanya, namun hanya ada dua negara yang mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Kedua negara itu adalah Elsavador dan Costa Rica. Sementara semua negara lain yang mengakui Israel masih menganggap Tel Aviv sebagai ibu kota de jure dan menempatkan semua kedutaan mereka di sana.

Pada tahun 2003 Tel Aviv ditetapkan menjadi salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO karena  keberhasilannya menjaga dan merawat arsitektur Bauhaus yang dibangun dari tahun 1930-1950-an.

Beberapa tempat bersejarah seperti Eretz Museum dan Yitzahk Rabin Center, pantai2 yang indah serta tempat2 hiburan malam adalah daya tarik yang mengundang banyak wisatawan datang ke sana.

_DSC0003

Sebelum melanjutkan perjalanan ke Yerusalem, kami jalan2 dulu ke Jaffa untuk melihat bangunan2 yang ada di kota tua, menikmati pemandangan pantai sekaligus makan siang.

_DSC0017

_DSC0015

_DSC0028

Sebenarnya saya ingin sekali mampir ke Carmel Market, tapi perbangan panjang hari sebelumnya dan jet lag akibat perbedaan waktu antara Jakarta dengan Israel bikin anak2 jadi kurang bersemangat. Akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri dulu ekplorasi kami di Tel Aviv dan segera melanjutkan perjalanan ke Yerusalem.

-to be continued 🙂 –

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s