Jelajah Nusantara: Story of Banda Neira (Part 2)

globe


Banyak yang belum tau atau mungkin sudah lupa, bahwa 350 tahun yg lalu, sejarah besar dan panjang bangsa kita dimulai di Banda.

Kisahnya bermula dari buah ajaib bernama pala.

palaPala adalah jenis rempah bernilai tinggi yang berasal dari kepulauan Banda, Maluku, yang telah menjadi komoditi perdagangan yang penting sejak masa Romawi.  Selama berabad lamanya, kepulauan Banda adalah satu-satunya tempat di dunia yang menghasilkan buah Pala.

Duluuu, pada musim dingin orang Eropa harus punya stok makanan untuk bisa bertahan hidup. Dan karena waktu itu belum ada kulkas, simpanan daging sering jadi busuk dan tidak enak dimakan  bahkan bisa membuat orang yang memakannya menjadi sakit. Dengan bantuan pala daging jadi lebih awet dan terasa lebih enak. Selain berguna untuk mengawetkan daging, pala juga digunakan sebagai obat. Berkat pala, ribuan nyawa orang eropa selamat dari penyakit dan ganasnya music dingin.

Para pedagang Arab adalah orang pertama yang memperkenalkan pala Banda kepada bangsa Eropa. Pala dijadikan hidangan istimewa bagi para bangsawan Eropa di masa itu. Dan dalam sekejap, buah ajaib itu menjadi incaran semua orang, nilainya bahkan menjadi lebih tinggi dari pada emas. Konon, harga sekantong pala pada masa itu sama dengan harga sebuah kastil di Eropa! No wonder pala lalu menjadi rebutan bangsa2. Karena siapa yg menguasai pala, mereka menguasai dunia.

Awalnya para pedagang Arab ini menyimpan rapat-rapat rahasia letak kepulauan Banda. Mereka hanya mengatakan bahwa pala diperoleh dari negeri yang sangaaaattt jauh. Yang dijaga oleh monster ganas di hutan yang sangat mengerikan. Hingga akhirnya pada abad ke 15, bangsa Eropa berhasil menemukan kepulauan Banda. Buah pala yang pada masa itu hanya tumbuh di Maluku, cengkeh, dan rempah2 lainnya pun mulai diangkut ke Eropa. Harga beli yg murah dan harga jual yg selangit membuat para pedagang Eropa menjadi kaya raya dalam waktu singkat.

Bangsa2 Eropa (Portugis, Belanda, Spanyol dan Inggris) nekad mengarungi lautan beribu-ribu kilometer menuju Banda, hanya untuk menguasai pohon-pohon pala dan perdagangan rempah-rempah di dunia. Kehadiran Kerajaan Portugis di Kepulauan Banda pada bulan Februari 1512 merupakan titik awal malapetaka bagi masyarakat Banda.

nassau

Pada tahun 1621, terjadi pembantaian sadis dimana hampir seluruh penduduk Banda dimusnahkan dengan kejam. Lebih dari 13.000 jiwa orang Banda melayang. Dan Benteng Nassau di Banda Neira menjadi saksi bisu dari genosida paling mengerikan di sepanjang sejarah ini.  Genosida diawali dengan pembunuhan 44 “Orang Kaya” (sebutan untuk pemimpin/pemuka masyarakat Banda pada masa itu) yang menolak untuk tunduk pada kekuasaan Belanda. Di dalam benteng Nassau, mereka dibunuh dengan cara yg sangat keji. Belanda yg dipimpin oleh Gubernur JP Coen menyewa 6 orang algojo Jepang untuk memenggal kepala dan memotong-motong tubuh mereka.

Setelah berhasil “membersihkan” sebagian besar penduduknya, Belanda sepenuhnya menguasai Kepulauan Banda yang amat kaya dengan rempah-rempah itu dan mendapatkan keuntungan besar selama berpuluh-puluh tahun kemudian…

Tepat di sebelah benteng Nassau, sebuah monumen bernama Parigi Rante dibangun sebagai sebuah pengingat, tentang betapa heroiknya nenek moyang kita. Dan betapa besar cinta mereka pada tanah kelahirannya.
Meski sarat dengan sejarah, bentuk monumen Parigi Rante sangatlah sederhana, persis seperti Banda Neira. Setiap hari kedelapan bulan Mei, masyarakat Banda menggelar acara untuk memperingati peristiwa menyedihkan itu. Doa-doa terbaik dipanjatkan untuk ke-44 putra terbaik Banda yang namanya terukir abadi di monumen Parigi Rante.

Setelah peristiwa genosida dan eksodus besar-besaran thn 1621, dari 14.000 penduduk asli Banda, hanya 480 orang yang tersisa. Banda yang kaya dan makmur berubah menjadi pulau kosong yang mengerikan. Penduduk asli Banda menjadi sulit ditemukan di sana.

Di kepulauan yang nyaris tak lagi berpenghuni ini, Belanda memulai sebuah strategi baru. VOC mulai membangun Perkenier (tuan tanah dengan lisensi sebagai pengelola perkebunan pala). Bekas karyawan VOC di Batavia yg sudah tidak bekerja lagi ditawari kesempatan untuk pindah ke Banda dan menjadi Perkenier. Para perkenier dikenal super pelit dan tamak dalam membeli hasil rempah-rempah. Di Banda mereka membeli biji pala dengan harga sangat murah, dan menjualnya di Amsterdam dengan harga ribuan kali lipat. Harga Pala yang saat itu melebihi harga emas punya kontribusi besar dalam pembangunan kota-kota modern di Belanda seperti Amsterdam, Hoorn dan Den Haag. Sisa-sisa kejayaan para Perkenier berupa bangunan2 megah di Banda masih bisa kita temukan sampai saat ini, walaupun sebagian tinggal puing-puingnya saja.

 

gudang zandaam

 

zandaam

Jika kita berkunjung ke negeri Belanda, ada sebuah kota kecil bernama Zaandam yang letaknya tidak jauh dari Amsterdam. Di sana ada satu tempat wisata berupa miniatur kota bernama Zaanse Schans yang dibangun khusus buat kita melihat dan merasakan suasana hidup di Belanda pada abad ke 17-18. Di sana kita bisa melihat replica gudang penyimpanan dan pengolahan berbagai jenis rempah yang diangkut dari Indonesia, termasuk pala. 

BERSAMBUNG

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s