to china with love. part 5.

beijing day 3

masih cerita di beijing hari ke 3.

setelah puas (puas ga puas harus udahan dulu, hehehe…) liat2 forbidden city, tibalah saatnya makan siang. kali ini kami diajak ke Ba guo bu yi restaurant. letaknya di #68 Nanxiao Road, bersebelahan dengan Beijing Youth Palace. jaraknya dari forbidden city ga jauh. naik mobil cuman sekitar 5 menit. baru naro pantat sebentar di mobil, udah diminta turun lagi…

masuk ke ba guo bu yi serasa masuk dalam sebuah scene felm kung fu. sebuah ruangan yang cukup besar, penuh dengan orang2 yang sibuk menyajikan makanan, meja2 yang penuh dengan makanan, dan kursi2 yang penuh dengan orang2 yang sibuk menyantap makanannya. orang2 yang mungkin asing satu sama lain, dipersatukan dengan 1 kebutuhan yang sama: makan.

dekorasi restoran yang dipenuhi dengan bermacam ornamen dan lampion berwarna warni bikin restoran ini tampil semakin meriah. saya mulai kesulitan memutuskan, apakah pemandangan yang saya lihat lebih mirip scene film kung fu atau pesta ulang tahun anak TK.

restoran ba guo bu yi ini menyajikan berbagai hidangan asli sichuan. authentic sichuan meals. seperti biasa, kami order 1 menu ayam, 1 menu ikan, 1 menu pork dan nasi goreng 😀 nama menunya ga ada yang saya inget. yang saya ingat cuman rasanya yang enak dan cucok di lidah kami. dan waktu itu, karena sempet ngeliat tetangga di meja sebelah yang makan mie dan keliatannya enaaakkkk banget, saya juga jadi tergoda untuk mencoba. saya minta tolong larry untuk memesankan 1 menu noodle. sembarang aja, yang penting authentic sichuan dan spicy. saya sempet sedikit shock waktu liat pesanan saya datang. 1 mangkuk besar mie tradisional yang masing2 lembarnya berdiameter hampir 1 cm 😛 jarang2 lho, saya menyerah dan ga berhasil menghabiskan makanan yang saya pesan. bukan karena rasanya yang ga enak, tapi menghabisakn sebaskom traditional noodle ternyata memang bukan pekerjaan enteng. dan saya terpaksa menyerah. kan saya juga masih pengen ngicipin makanan yang lainnya… hehehe…

di buku catetan saya, ada beberapa pointer yang saya bikin tentang restoran ini:

– tempat cuci tangannya ada di bagian luar ruang makan. airnya dinggiiiinnnnn banget!
– semua toiletnya masih pake closet jongkok. tapi signs-nya sudah menggunakan istilah: “toilet”, “ladies” dan “gents”. bukan “wc/water closet”. dengan baju rangkep2, perlu keterampilan khusus buat buang air kecil apalagi besar di sana.
– perlu perjuangan juga untuk minta air mineral dan piring makan. ga ada satu waiter-pun yang mengerti bahasa indonesia, apalagi bahasa inggris 😀

selesai makan, sekitar jam 14.30, perjalanan kami lanjutkan ke Xicheng District. saatnya untuk Hutong Tour. kami naik rickshaw untuk mencapai xicheng district.

 

rickshaw ini bentuknya mirip becak, tapi lebih lebar, dan abangnya ‘bekerja’ di depan. jadi kalau kita naik becak berasa didorong, kalau naik rickshaw ini berasa ditarik. begitu naik, dengan sigap si abang rickshaw nya langsung menutupi penumpangnya dengan selimut. angin yang menerpa badan kita selama rickshaw melaju dengan kecepatan 20 km/jam bisa bikin kita menggigil kedinginan.

hutong adalah semacam perumahan penduduk yang bentuknya seperti maze/petak2. sebuah hutong terdiri dari beberapa courtyard yang berfungsi sebagai rumah tinggal/residence. sebuah courtyard/residence biasanya ditempati oleh sebuah keluarga besar yang terdiri dari beberapa kepala keluarga. misalnya ada kakek+nenek, anak2nya yang sudah berkeluarga, cucu2 yang sudah mulai dewasa, dan mungkin juga beberapa kerabat dekat lainnya. begitu kurang lebih.

 

 

pada zaman dinasti Ming (awal abad ke-15) china berpusat di forbidden city. di luar forbidden city, penduduk dibagi2 dalam kelompok2 sesuai dengan status sosialnya. mereka yang punya status sosial lebih tinggi diperbolehkan tinggal lebih dekat dengan pusat kekuasaan. untuk penduduk dengan status sosial menengah, disediakan perumahan dalam bentuk petak2 yang letaknya lebih jauh dari pusat kerajaan. bentuk petak2 ini amat sederhana dan hampir seragam. walaupun ukurannya memang tidak sama. sekali lagi sesuai dengan status sosial, dan pekerjaan mereka masing2.

yang unik adalah, lay out kota tua beijing dengan hutongs-nya ini praktis tidak berubah selama ratusan tahun. penghuninya silih berganti. renovasi mungkin sudah dilakukan di sana sini. tapi lay out dasarnya tetap tidak berubah. sayangnya modernisasi terpaksa menggeser hutong2 tua itu, dan mulai menggatikannya dengan deretan gedung bertingkat, perkantoran dan apartemen. selalu sama di seluruh dunia. jumlah hutong di beijing semakin hari semakin sedikit.

jadi kalau kita ingin melihat hutong dan mencoba membayangkan seperti apa dan bagaimana beijing 600 tahun yang lalu, sebaiknya segera ke sana sekarang. mumpung hutong belum punah 😦

salah satu residence yang kami kunjungi di xicheng district kemarin luasnya sekitar 300 meter persegi. di dalamnya ada beberapa bangunan. ada rumah keluarga inti. dapur dan kamar mandi yang dipakai bersama2. dan beberapa kamar yang bentuknya seperti rumah2 petak di jakarta.

pemilik rumah itu adalah seorang pensiunan akuntan di salah satu perusahaan swasta di beijing. dan karena beberapa anggota keluarganya sekarang sudah tidak tinggal bersama di courtyard itu, maka dia menyewakan beberapa dari kamar/rumah petak yang ada di courtyard itu untuk para pendatang.

bapak itu bercerita, suatu kali ada sepasang pelajar yang ngontrak di situ. terus mereka pacaran dan akhirnya menikah. maka si bapak tuan rumah itu berbaik hati menyediakan salah satu bangunan rumah petaknya untuk dijadikan kamar pengantin mereka. dihias dengan ornamen khas pengantenan china, logo double happiness dalam chinesse character, dan dekorasi serba merah. dengan sedikit maksa, si bapak meminta kami untuk berfoto di kamar pengantin itu, dan karena ga bisa ngomong pake bahasa china, kami terpaksa menurut. bagaimana pun kami kan sebetulnya masih terhitung pengantin baru. baru 10 tahun menikah dan baru punya 3 anak 😉

selesai liat2 dan ngobrol2 dengan sang bapak pensiunan, kami melanjutkan perjalanan keliling district, kembali dengan naik rickshaw. pemandangan sepanjang jalan luar biasa bagusnya. dan yang bikin sight seeing kali ini lebih istimewa adalah kami melihatnya secara langsung, bukan dari balik jendela mobil yang kami tumpangi.

puas dan kedinginan jalan2 naik rickshaw, perjalanan kami lanjutkan ke gereja. rencananya mau ikut kebaktian natal jam 4 sore. sayangnya kami tiba sedikit terlambat. gerejanya sudah tutup. iya…, saya juga bingung, katanya orang china ga ada yang natalan, tapi kok gerejanya penuh ya? dan pake acara ditutup segala. kalau di indonesia, yang namanya gereja itu ga pernah pake acara tutup. kalau pun kursi2 di ruang kebaktian sudah penuh, para pekerja dan majelis gereja biasanya akan mengeluarkan kursi2 tambahan untuk ditaruh di teras gereja, dan semua orang yang datang bisa tetep ikut kebaktian. tapi sekali lagi, ini china, bukan indonesia. bebas aja kalau mereka mau bikin peraturan sendiri.

dan menjawab pertanyaan kenapa gereja penuh padahal orang2 di sana ga natalan, ini jawaban yang saya dapat: orang2 di sana penasaran, pengen tau kayak apa sih kebaktian natal di gereja itu? hehehe…, jawaban yang jujur banget. ya sudahlah, kami mengalah saja sama orang2 yang penasaran tadi. batal ikut kebaktian natal, kami langsung balik ke hotel, kebaktian dan syukuran sendiri saja.

malamnya, larry menemani kami pergi ke wangfujing night market. bapak penasaran sekali pengen ke sana gara2 pernah liat liputannya di TV. night market ini modelnya seperti pasar malam di blok S mungkin ya? sepanjang jalan dipenuhi dengan deretan penjual makanan. bedanya, makanan yang dijual di sepanjang jalan ini adalah makanan2 ekstrim. mulai dari ular, serangga, cacing, jeroan sampai kalajengking. kalau jeroan mah kami sudah ga kaget. sekali makan soto betawi aja kita udah bisa langsung menikmati berbagai jenis jeron. usus, babat, juga paru2. makan nasi uduk, langsung dapet paket ati ampela. makan di rumah makan sunda bisa dapet limpa dan jantung. jadi malam itu kami ga perlu lagi nyoba jeroan. cukup makan ular, serangga (yang ukurannya hampir segede2 jempol), daging keledai dan kepala cumi2. kata bapak dan anak2 sih rasanya enak. saya sih ga tega makannya 😛

selesai jalan2 night market, kami kembali ke hotel setelah sebelumnya nengokin warung langganan dulu, beli beberapa cup mashed potato dan beberapa potong chicken wings. buat persediaan kalau ada yang kelaperan tengah malem 🙂

sampe hotel, anak2 ganti baju, masih sempet main2 sebentar, minum susu, langsung tiduuurrrr…

hari yang panjang dan melelahkan….

Advertisement

2 thoughts on “to china with love. part 5.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s